-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Social Engineering (SE) dalam Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

Wednesday, 27 November 2019 | November 27, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-11-27T14:41:43Z

Rekayasa sosial (social engineering) adalah suatu upaya dalam rangka transformasi sosial secara terencana (social planning). Istilah ini mempunyai makna yang luas dan pragmatis.
Obyeknya adalah masyarakat menuju suatu tatanan dan sistem yang lebih baik sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sang perekayasa atau the social engineer.
Upaya rekayasa ini muncul berawal dari problem sosial, yaitu ketidakseimbangan antara das sollen dengan das sein, atau apa yang dicita-citakan masyarakat tidak sesuai dengan yang terjadi.
Less dan Presley tokoh sosiologi mengartikan SE adalah upaya yang mengandung unsur perencanaan, yang diimplementasikan hingga diaktualisasikan di dalam kehidupan nyata.
Di Indonesia istilah SE ini muncul ketika rezim orde baru berada pada posisi puncak kekuasaannya sekitar tahun 1986.
Rekayasa sosial merupakan perencanaan sosial yang muaranya pada transformasi sosial, didukung dengan internalisasi nilai-nilai humanisasi yang tinggi. Namun seringkali terpersepsikan SE suatu upaya negative (pengelabuan), hal ini dikarenakan kita terjebak dalam satu situasi kekuasaan atau kegiatan-kegiatan praktis. Rekayasa dilakukan oleh elit–elit politik yang mempunyai tujuan untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
Nuansa baru tentang pemaknaan istilah SE menuju ke dalam perubahan positif (transformasi) yang pada akhirnya mengatasi berbagai masalah sosial yang muncul. Suatu perubahan tidak akan muncul ketika kita masih terjebak dalam kesalahan berpikir.
Sumber daya manusia merupakan salah satu kekuatan inti untuk perubahan, karena perubahan sosial terjadi secara alamiah atau bisa jadi ke arah yang tidak diinginkan. Transformasi sosial lebih menekankan pada perubahan menuju kualitas hidup yang lebih baik atau perubahan menuju masyarakat adil, demokratis, dan egaliter.
Everest Hegen menguraikan kondisi masyarakat modern dengan analisa kepribadian manusia. Ada dua kepribadian manusia yang sangat mempengaruhi kondisi sosial, yakni otoritative dan innovative. Implikasinya adalah jika karakter masyarakat otoriter, maka yang terjadi adalah keterbelakangan dan muncul berbagai masalah. jika karakter masyarakat inovatif maka yang terjadi adalah kemajuan dan keberadaban (bermartabat). Sehingga yang perlu dilakukan adalah membangun kepribadian-kepribadian adaptif inovatif secara bertahap melalui ideas atau paradigma berfikir.
Manusia bukan saja terdiri dari komponen fisik dan materi, namun terdiri juga dari spiritual dan jiwa. Sehingga manusia tidak hanya membutuhkan materi tapi juga membutuhkan hal-hal di luar dari materi.
Penyuluhan sebagai institusi pendidikan bukan saja memproduksi pembelajar yang akan memiliki kemakmuran materi, namun yang lebih penting adalah melahirkan individu-individu yang memiliki kedirian (individualitas) yang cerdas (pintar, beretika, bermoral/berakhlak, berestetika). Sehingga mereka semakin menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat/mahluk hidup dan karenanya mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Institusi pendidikan perlu mengkondisikan (to stimulate) anak didik supaya mendisiplinkan akal dan jiwanya, memiliki akal yang tidak sekedar pintar, melainkan juga sifat-sifat dan jiwa yang baik (cerdas), melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, memiliki pengetahuan/wawasan yang luas yang akan menjaganya dari kesalahan-kesalahan, serta memiliki hikmah/kearifan dan keadilan.

Bahan Ajar Prof. Sumardjo
Pascasarjana University IPB
×
Berita Terbaru Update